PALI – Sebuah insiden kebakaran terjadi saat kegiatan Dianpinru (Pemimpin Regu) dan Dianpinsat (Pemimpin Satuan) Pramuka Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), pada Jumat malam (31/10/2025) sekitar pukul 22.00 WIB. Kejadian berlangsung di halaman Sanggar Kesetaraan Belajar (SKB), Talang Kerangan, Kelurahan Talang Ubi Utara, Kecamatan Talang Ubi.
Musibah ini menimpa salah seorang panitia yang mengalami luka bakar akibat kesalahan teknis ketika menyalakan api unggun dalam kegiatan malam keakraban.
Ketua Harian Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Kabupaten PALI, Sugianto, membenarkan insiden tersebut. Ia menjelaskan, peristiwa itu murni terjadi karena kelalaian teknis tanpa unsur kesengajaan.
“Benar, ada salah satu panitia yang terkena percikan api saat menyalakan api unggun. Akibatnya, korban mengalami luka bakar di bagian betis dan ujung tangan kiri,” ungkap Sugianto saat dikonfirmasi, Sabtu (1/11/2025).
Menurutnya, tim kesehatan yang berada di lokasi langsung memberikan pertolongan pertama kepada korban sebelum akhirnya dibawa ke fasilitas medis untuk mendapatkan perawatan lanjutan.
“Korban telah mendapatkan penanganan medis dan kini kondisinya berangsur membaik. Seluruh biaya pengobatan ditanggung sepenuhnya oleh Kwarcab Pramuka PALI,” tambahnya.
Sementara itu, seorang warga yang sempat menyaksikan kejadian menceritakan bahwa peristiwa tersebut terjadi dengan sangat cepat.
“Tiba-tiba saja api sudah membakar tubuh korban, kami semua panik dan langsung berusaha menolong,” tutur saksi mata tersebut.
Di sisi lain, Ketua LSM MACAN, Hendra Saputra, turut menyampaikan rasa prihatin atas musibah yang menimpa panitia kegiatan itu. Ia menilai, kegiatan yang diikuti oleh banyak pelajar seharusnya memiliki pengawasan ekstra dan prosedur keselamatan yang ketat.
“Kami sangat menyayangkan kejadian ini. Panitia seharusnya memastikan keamanan setiap tahap kegiatan, apalagi api unggun melibatkan bahan yang mudah terbakar. Kalau sampai peserta yang jadi korban, tentu dampaknya akan jauh lebih serius,” ujarnya saat dikonfirmasi, Senin (3/11/2025).
Hendra juga mempertanyakan bagaimana bisa terjadi kesalahan teknis dalam kegiatan resmi sebesar itu. Menurutnya, kegiatan Pramuka harus dilengkapi dengan sistem keamanan yang matang serta pengecekan peralatan sebelum digunakan.
“Hal seperti ini seharusnya dapat dicegah sejak awal melalui persiapan dan pengawasan yang baik,” tegasnya.
Ia berharap kejadian tersebut menjadi bahan evaluasi bagi seluruh penyelenggara kegiatan, terutama organisasi kepemudaan dan lembaga pendidikan, agar lebih memperhatikan keselamatan peserta dalam setiap agenda lapangan.
“Tujuan kami bukan untuk menyalahkan pihak mana pun, tetapi sebagai bentuk dorongan agar semua pihak lebih waspada. Kegiatan positif seperti ini tetap perlu didukung, namun keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama,” tutup Hendra.

