PALI – Warga Kecamatan Talang Ubi, Kelurahan Talang Ubi Barat, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), tengah dilanda keresahan. Rumput makuna yang diduga berasal dari perkebunan PT Musi Andalas Sumatera (MAS) menyebar hingga masuk ke lahan masyarakat. Akibatnya, tanaman rusak dan sumber penghidupan warga pun terancam.
Masalah ini tidak sekadar urusan gulma biasa. Bagi warga, peristiwa ini mencerminkan lemahnya kepedulian sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitar. Masyarakat jelas dirugikan, sementara pihak perusahaan terkesan enggan bertanggung jawab.
Sulaihan bin Rivai (30), salah satu warga Talang Ubi Barat, mengungkapkan bahwa kebun peninggalan orang tuanya kini rusak parah akibat ditumbuhi rumput makuna.
“Kami minta tolong kepada manajemen PT MAS, segera bersihkan rumput ini sebelum makin meluas dan merusak tanaman warga lain,” ucapnya, Sabtu (20/9/2025).
Namun, respons perusahaan justru menambah kekecewaan. Humas PT MAS, Exman Feri, ketika dikonfirmasi media, malah menyinggung keberadaan sapi liar di areal perkebunan, seakan mencoba mengalihkan pembahasan.
“Pak, saya mau tanya kalau sapi liar di kebun kami apa ada perdanya, mungkin bisa bapak beritakan sapi warga liar,” tulisnya melalui pesan WhatsApp.
Saat ditanyakan lebih lanjut, jawaban yang diberikan justru terkesan menyalahkan warga.
“Sebenarnya hal ini bisa langsung ke kami agar segera dilakukan penebasan dan penyemprotan dengan pestisida. Dan yang paling penting, bisa saja kebun yang bersangkutan tidak dirawat,” ujarnya lagi.
Pernyataan itu dinilai warga tidak mencerminkan sikap bertanggung jawab. Rumput makuna sendiri merupakan tanaman invasif yang pertumbuhannya cepat, merambat liar, dan sangat sulit dikendalikan. Jika dibiarkan, penyebarannya bisa mengancam berbagai jenis tanaman pangan maupun perkebunan masyarakat.
“Kalau masalah ini tidak segera diselesaikan, yang rusak bukan cuma kebun kami, tapi juga hubungan perusahaan dengan warga,” keluh salah seorang warga lainnya.
Masyarakat berharap pemerintah daerah turun tangan untuk menengahi masalah ini. Warga menilai PT MAS tidak bisa hanya berdalih teknis atau melempar kesalahan kepada masyarakat. Perusahaan harus segera melakukan langkah nyata, membersihkan rumput makuna secara menyeluruh, dan mencegah kerugian lebih besar di kemudian hari.
Jika perusahaan tetap pasif, warga khawatir situasi bisa berkembang menjadi konflik terbuka antara masyarakat dengan PT MAS.