![]() |
Salah satu keluhan utama masyarakat adalah ketiadaan listrik | Foto : Tim |
MUBA – Desa Epil Barat, yang terletak di Kecamatan Lais, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Provinsi Sumatera Selatan, tercatat sebagai salah satu desa tertinggal. Kondisi kehidupan masyarakat di desa ini sangat memprihatinkan akibat keterbatasan infrastruktur dasar seperti listrik, akses jalan, layanan kesehatan, dan pendidikan.
Berdasarkan hasil investigasi tim media di lapangan pada Senin (26/5/2025), warga Desa Epil Barat hidup dalam keterbatasan. Desa ini merupakan hasil pemekaran dari Desa Epil Induk dan telah berdiri selama dua tahun. Penduduknya mayoritas bekerja sebagai petani karet, dengan jumlah sekitar 500 kepala keluarga.
Desa Epil Barat terdiri dari tiga dusun: Kembang Omor, Jaya Sakti (Tangai), dan Muaro Padang. Sayangnya, dua dari tiga dusun tersebut, yakni Dusun Jaya Sakti dan Dusun Muaro Padang, hanya dapat diakses melalui jalur air menggunakan perahu ketek.
Kondisi akses darat dari Dusun Muaro Padang menuju desa tetangga, Desa Bonot, sangat memprihatinkan. Jalan rusak parah sepanjang 12 km membuat warga tidak bisa melintas, terlebih di sejumlah titik belum dilakukan pengecoran atau pembangunan dasar sama sekali.
Salah satu keluhan utama masyarakat adalah ketiadaan listrik. Meski tiang-tiang listrik telah berdiri, kabel-kabelnya hilang dicuri karena proyek terbengkalai terlalu lama. Hal ini berdampak pada berbagai aspek kehidupan, terutama ekonomi dan pendidikan.
![]() |
Kondisi kantor Desa | Foto : Tim |
“Listrik tidak ada, kabel-kabel sudah dicuri orang. Sudah lama terbengkalai,” ujar salah satu warga Dusun Muaro Padang yang enggan disebutkan namanya.
Di Dusun Muaro Padang dan Dusun Jaya Sakti hanya tersedia Sekolah Dasar (SD). Untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP dan SMA, anak-anak harus keluar desa. Pilihan tercepat adalah menyeberang ke Desa Epil Induk atau Lais dengan ongkos transportasi sekitar Rp20.000 per hari menggunakan perahu ketek.
“SMP hanya ada di Dusun Kembang Omor, tapi aksesnya lebih jauh. Ke Epil Induk lebih dekat pakai perahu ketek,” tambah warga.
Pelayanan kesehatan di Desa Epil Barat juga sangat terbatas. Pusat pelayanan kesehatan (Pustu) hanya tersedia di kantor desa, namun tanpa kehadiran bidan tetap. Warga harus keluar desa jika membutuhkan layanan medis lebih lanjut.
Warga juga mengeluhkan kinerja Penjabat (Pj) Kepala Desa, Risdianto, yang jarang berada di desa. “Dalam sebulan, paling hanya tiga kali datang ke kantor desa,” ujar warga lainnya.
Warga Desa Epil Barat berharap adanya perhatian serius dari pemerintah daerah dan pusat. Mereka meminta perbaikan dan pembangunan akses jalan darat, penyediaan pasokan listrik yang memadai, pembangunan puskesmas yang representatif, serta peningkatan fasilitas pendidikan.
“Kami ingin kehidupan yang lebih baik. Tolong pemerintah bantu desa kami,” harap warga.(Tim)